Dalam menghitung ayat
Al-Qur'an, beberapa ulama memiliki perbedaan cara dalam menghitungnya. Paling
tidak terdapat 7 mazhab yang diikuti dalam menghitung jumlah ayat Al-Qur'an. Kesemuanya
sepakat tentang bilangan ayat Al-Qur’an sebanyak 6.200 ayat, namun untuk jumlah
selebihnya terjadi perbedaan di antara mereka.
Tujuh Mazhab dalam
penghitungan ayat Al-Qur’an, ialah:
- Al-Madani Al-Awwal. Ayat Al-Qur’an berjumlah 6.217 atau 6.214. Dalam beberapa versi cetak yang banyak diikuti jumlah yang kedua 6.214.
- Al-Madani al-Akhir. Ayat Al-Qur’an berjumlah 6.214. Meskipun terdapat kesamaan hitungan jumlah ayat Al-Qur’an dengan pendapat kedua Al-Madani al-Awwal, namun tetap terdapat perbedaan antara keduanya dalam perincian penentuan ayat.
- Al-Makki. Ayat Al-Qur’an berjumlah 6.220.
- Asy-Syami. Ayat Al-Qur’an berjumlah 6.226.
- Al-Kufi. Ayat Al-Qur’an berjumlah 6.236. Hitungan Al-Kufi inilah yang diikuti oleh cetaka Al-Qur’an di Indonesia, dan seluruh cetakan Al-Qur’an di dunia yang menggunakan riwayat Hafs dari Imam ‘Asim.
- Al-Basri. Ayat Al-Qur’an berjumlah 6.205.
- Al-Himsi. Ayat Al-Qur’an berjumlah 6.232.
Dalam cetakan Al-Qur’an
yang ada di seluruh dunia saat ini, kita masih dapat menjumpai penggunaan
hitungan ayat menurut dari 5 mazhab, Al-Madani Al-Awwal, Al-Madani Al-Akhir,
Al-Makki, Asy-Syami, dan Al-Kufi. Sementara untuk al-Basri dan Al-Himsi,
penulis belum menemukan.
Apa Sebab terjadi perbedaan
dalam menghitung ayat Al-Qur’an?
Adanya perbedaan dalam
menghitung jumlah ayat Al-Qur’an tidak berarti bahwa yang menghitung lebih
banyak telah menambahi ayat Al-Qur’an, atau sebaliknya yang menghitung lebih
sedikit telah mengurangi ayat Al-Qur’an, bukan demikian. Namun, perbedaan
tersebut disebabkan oleh cara penghitungan yang berbeda dari masing-masing mazhab.
Penghitungan ayat
Al-Qur’an didasarkan dari bacaan Rasulullah saw yang didengar oleh para Sahabat
Nabi, lalu bacaan tersebut diajarkan secara estafet oleh para sahabat kepada
generasi berikutnya. Dalam hal mendengar bacaan Nabi, ketika Nabi berhenti pada
beberapa kata tertentu, muncullah perbedaan pemahaman di antara yang
mendengarkan, apakah Nabi sekedar waqaf, atau berhentinya tersebut disebabkan
karena akhir ayat. Di sinilah letak perbedaannya.
Kita ambil contoh
sederhana, ketika Rasulullah membaca: alif lam mim, zalikal kitabu la raiba
fih, hudal lilmuttaqin. Apakah ketika berhenti pada alif lam mim
itu, Nabi sekedar berhenti (waqaf sejenak), atau itu akhir ayat. Di sinilah
ulama berbeda.
Al-Kufi menganggap itu
merupakan ayat tersendiri. Sementara yang lain hanya menganggap itu sekedar
berhenti untuk waqaf. Sehingga, Al-Kufi menghitung alif lam mim ayat 1, dan
zalikal kitabu la raiba fih, hudal lilmuttaqin ayat 2, dan ulama selainnya
menghitung alif lam mim, zalikal kitabu la raiba fih, hudal lilmuttaqin menjadi
ayat 1.
Jumlah ayat pada Surah
Al-Fatihah?
Tentu kita semua sering
menyaksikan beberapa imam shalat ketika membaca surah Al-Fatihah, ada yang
memulai dengan basmalah, ada juga yang langsung memulai dengan hamdalah. Apa
sebanya? Jawabannya bisa dikembalikan pada perbedaan cara menghitung ayat
Al-Qur’an.
Seluruh Ulama sepakat, bahwa
surah Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat. Namun terdapat perbedaan dalam menentukan
ayat-ayatnya.
Perbedaan terletak pada
basmalah, apakah merupakan bagian dari surah Al-Fatihah atau tidak?
Al-Kufi berpendapat
bahwa basmalah adalah bagian dari surah Al-Fatihah dan merupakan ayat pertama.
sehingga yang menjadi ayat ketujuah adalah "siratal lazina an’amta
‘alaihim gairil magdubi ‘alaihim walad dallin".
Sementara yang lainnya
berpendapat bahwa basmalah bukan termasuk bagian dari surah Al-Fatihah. Basmalah
yang termasuk ayat Al-Qur’an hanya terdapat pada QS. An-Naml [27] ayat ke 30.
Sehingga, ayat pertama surah Al-Fatihah ialah hamdalah, al-hamdu lillahi
rabbil ‘alamin. Ayat keenamnya adalah siratal lazina an’amta ‘alaihim.
Dan ayat ketujuh, gairil magdubi ‘alaihim walad dallin.
Bila dikaitkan dengan
ilmu waqaf dan ibtida’, bagi yang mengikuti pendapat Al-Kufi, maka berhenti
pada siratal lazina an’amta ‘alaihim termasuk kategori waqaf yang tidak
sempurna, karena kalimat berikutnya merupakan penjelasan (na'at) dari allazina
an’amta ‘alaihim. Karena itu, dalam Mushaf Al-Qur’an Indonesia, pada lafaz ‘alaihim
yang pertama di ayat ketujuh, dibubuhkan tanda (لا)
kecil diatas huruf terakhir pada akhir penggalan ayat, yang mengisyaratkan
bahwa tidak boleh waqaf, dan ditambahkan pula tanda (۵) untuk menandakan bahwa pada lafaz
‘alaihim terdapat perbedaan penghitungan ayat.
Adapun bagi yang
mengikuti pendapat siratal lazina an’amta ‘alaihim sebagai ayat
tersendiri (ayat ke-6), maka berhenti pada ‘alaihim termasuk waqaf
hasan, karena berhenti pada akhir ayat, meskipun masih terkait dengan ayat
berikutnya.
Contoh lain dapat
dilihat pada Ayat Kursi, dalam hitungan Al-Kufi Ayat Kursi terdapat pada
Al-Baqarah ayat 255, sementara dalam hitungan al-Madani al-Awwal pada
Al-Baqarah ayat 253, dan dalam hitungan Al-Madani Al-Akhir pada Al-Baqarah 253
dan 254 (menjadi dua ayat).
Kitab-kitab referensi hitungan
ayat Al-Qur'an.
Terdapat puluhan kitab
yang bisa dijadikan referensi untuk menghitung ayat Al-Qur’an. Ada kitab yang
membahas secara khusus hitungan ayat Al-Qur’an, baik dalam bentuk nadham
(bayt/sya’ir), atau bentuk deskripsi. Ada pula kitab yang menggabungkannya
dengan pembahasan tema-tema ulumul Qur’an lainnya.
Beberapa kitab yang
secara khusus membahas hitungan ayat Al-Qur’an ialah: Mandhumah Nadhimah
az-Zuhr fi ‘Addi Ayi as-Suwar, karya Asy-Syathibi (w. 590 H); Basyir al-Yusri
Syarh Nadhimah az-Zuhr, karya ‘Abdul Fattah ‘Abdul Ghani al-Qadli; Mandhumah
al-Fara’id al-Hisan fi ‘Addi Ayi al-Qur’an, karya ‘Abdul Fattah ‘Abdul Ghani
al-Qadli; Nafa’is al-Bayan Syarh al-Fara’id al-Hisan fi ‘Addi Ayi al-Qur’an,
karya ‘Abdul Fattah ‘Abdul Ghani al-Qadli; dan Kitabu ‘Adadi Ayi al-Qur’an,
karya Abul Hasan ‘Ali Muhammad bin Isma’il bin Bisyr at-Tamimi al-Anthaki (w.
377 H), dalam bentuk uraian secara detail.
Meskipun Ilmu
menghitung ayat Al-Qur’an ini sudah final pembahasannya, namun penting juga
mempelajarinya, agar kita tidak merasa aneh ketika melihat perbedaan pada
Mushaf cetakan yang beredar di dunia Islam saat ini.
Bagaimana dengan angka
6.666 ayat yang sangat populer?
Angka ini memang cukup
populer, karena cukup mudah dihafal. Sekali dengar, pasti tidak akan lupa
sampai mati. Karena itu di masyarakat angka 6.666 lebih populer.
Agar kita tidak terlalu
cepat mengatakan bahwa pendapat ini tidaklah berdasar sama sekali dan terlalu
mengada-ada, maka pertama saya ingin menunjukkan bahwa paling tidak, pendapat
ini dapat ditemukan dalam beberapa keterangan:
- Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H/1897 M) dalam kitabnya Nihayatuz-Zain fi Irsyadil-Mubtadi’in (DKI Lebanon, t.th. cet. ke-1/36).
- Wahbah az-Zuhaily dalam kitabnya At-Tafsir al-Munir fil-‘Aqidah wasy-Syari’ah wal-Manhaj, (Dar al-Fikr 2003, jilid 1/45)
Pastinya, hitungan
6.666 tersebut tidak dimaksudkan menunjuk pada urutan jumlah ayat Al-Qur’an,
karena pasti kita tidak akan mendapatkan jumlah sebesar itu. Seperti yang sudah
kita ketahui, jumlah ayat dalam artian urutan total ayat Al-Qur’an adalah
sebagaimana menurut 7 mazhab yang diikuti dalam menghitung ayat Al-Qur’an.
Lalu apa maksud Syekh
Nawawi dan Syekh Wahbah menyebutkan bilangan 6.666? Apakah keduanya tidak faham
Ilmu Cara Menghitung ayat Al-Qur’an? Pasti keduanya faham betul, karena
keduanya jauh lebih alim dan mumpuni keilmuannya daripada kita semua.
Jadi, jumlah 6.666
tersebut dimaksudkan untuk menunjuk kandungan ayat Al-Qur’an, dengan rincian
sebagai berikut; al-amr (perintah) berjumlah 1000, an-nahy
(larangan) berjumlah 1000, al-wa’d (janji) berjumlah 1000, al-wa’id
(ancaman) berjumlah 1000, al-qasas wal-akhbar (kisah-kisah dan
informasi) berjumlah 1000, al-ibr wal-amtsal (pelajaran dan perumpamaan)
berjumlah 1000, al-haram wal halal (halal dan haram) berjumlah 500,
ad-du’a (doa) berjumlah 100, dan an-nasikh wal-mansukh (nasikh mansukh)
berjumlah 66.
Jumlah kandungan
Al-Qur’an sebanyak 6.666 ini, hanyalah sedikit pendapat dari sekian banyak
pendapat yang ada. Masing-masing Ulama pasti mempunyai hitungan yang berbeda
satu sama lain. Memang demikianlah, tidak ada pendapat yang bisa mengklaim
paling benar melebihi pendapat lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar