Pages

Rabu, 24 Februari 2016

INDAHNYA BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN



INDAHNYA BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN;
Sebagai Ungkapan Rasa Syukur atas Nikmat Allah yang Paling Agung

Satu Fami Bisyauqin dalam Seminggu
Al-Qur’an adalah anugerah teragung dari Allah untuk umat Islam, tapi kebanyakan kita menganggapnya biasa-biasa saja, termasuk aku. Kita sering dan selalu berkata bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci kita, yang akan memimpin dan membimbing kita menuju kebahagian dunia akhirat, tapi perilaku keseharian kita sangat jauh mencerminkan hal itu. Kita jarang sekali membacanya, interaksi paling minimal yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim. Apalagi mempelajari dan mengamalkannya. Masih sangat jauh.
Karena itu, aku harus memulai untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an, paling tidak sebagai langkah awal aku ingin istiqamah membacanya setiap hari. Aku ingin Al-Qur’an menjadi bacaan wajibku sebelum membaca buku-buku yang lainnya.
Aku memulai dari mengkhatamkan Al-Qur’an dalam seminggu, yang oleh para ulama dirumuskan secara sederhana dengan ungkapan Fami Bisyauqin. Menurut riwayat Ali bin Abi Talib karramallahu wajhah, membaca Al-Qur’an dengan cara Fami Bisyauqin dimulai pada hari Jum’at dan mengkhatamkannya di hari Kamis atau malam Jum’at. Hari Jum’at membaca manzil pertama yang dimulai dari Surah Al-Fatihah sampai akhir surah An-Nisa’ (empat surah). Hari Sabtu manzil kedua, dari surah Al-Ma’idah sampai akhir surah At-Taubah (lima surah). Hari Ahad manzil ketiga, mulai surah Yunus sampai akhir surah An-Nahl (tujuh surah). Hari Senin manzik keempat, mulai surah Al-Isra’/Bani Isra’il sampai akhir surah Al-Furqan (Sembilan surah). Hari Selasa manzil kelima, mulai surah Asy-Syu’ara’ sampai akhir surah Yasin (sebelas Surah). Hari Rabu manzil keenam, mulai surah As-Saffat sampai akhir surah Al-Hujurat (tiga belas surah). Dan terakhir hari Kamis membaca manzil ketujuh, mulai surah Qaf sampai An-Nas.
Aku memulai tradisi ini pada hari Jum’at, 11 Sya’ban 1431 H./23 Juli 2010 M. Pada awalnya, memang terasa sangat berat sekali, padahal aku hanya membaca 4 sampai 5 juz perhari. Saking beratnya seakan-akan waktu habis dan tidak cukup untuk melakukannya. Aku masih ingat, pada tahun pertama, aku pernah tidak bisa menjalankan tradisi Fami Bisyauqin ini sebanyak 3 kali. Meskipun, pada akhirnya aku bisa menggantinya, tapi tetap saja kewajiban waktu yang aku lewatkan itu tidak bisa digantikan. Perasaan berat ini, pastilah semata-mata karena dorongan hawa nafsu saja. Bayangkan saja, dalam sehari semalam, kita punya waktu 24 jam. Membaca 4 sampai 5 juz Al-Qur’an paling-paling hanya membutuhkan waktu 2,5 jam atau 3 jam.
Meskipun terasa agak berat, aku terus berusaha istiqamah melakukannya. Subhanallah, semakin hari, semakin aku merasakan kenikmatan membacanya. Sungguh, ini adalah anugerah yang tak ternilai dari Allah untukku. Aku patut bersyukur atas anugerah-Nya ini.

Dua Fami Bisyauqin dalam Seminggu
Setelah 20 bulan mengkhatamkan Al-Qur’an bisa rutin aku lakukan, maka sebagai wujud syukurku, aku menambah bacaanku menjadi khatam dua kali dalam seminggu. Aku mengawalinya dengan mengqadha 3 khataman yang aku lewatkan. Setelah itu, sejak hari Jum’at, 23 Rabi’ul Akhir 1433/16 Maret 2012 dan hari Ahad, 25 Rabi’ul Akhir 1433/18 Maret 2012, aku mulai mengistiqamahkan dua Fami Bisyauqin dalam seminggu. tepatnya pada khatamanku yang ke 87 dan 88. Satu khataman, seperti yang sudah aku laksanakan selama ini, aku memulainya pada hari jum’at, dan khatam hari Kamis malam Jum’at. Sementara yang satu lagi, aku mulai hari Ahad dan khatam hari Sabtu malam Ahad.
Sampai doa khatamanku yang ke-143 aku biasanya selalu berdoa bersama seluruh anggota keluargaku di rumah. Aku berniat untuk doa khatam secara rutin di Mushalla As-Siratal Mustaqim yang ada di Perumahan setiap malam Ahad. Maka pada doa khatamanku yang ke-144, Sabtu, 20 Zul Qa’dah 1433/6 Oktober 2012, aku mulai mewujudkan niatku ini dan mengajak jamaah di Mushalla tempat aku tinggal, untuk bersama-sama doa khataman bersamaku setiap Bakda Magrib. Aku menamakan majlis ini dengan Majelis Khatmil Qur’an Fami Bisyauqin.
Setelah doa khataman, aku lanjutkan dengan mengkaji beberapa ayat dari Al-Qur’an sampai waktu Isya tiba. Dalam khataman ini, aku selalu mewajibkan kepada diriku dan anak-anakku untuk terus mengikutinya. Aku berusaha untuk istiqamah. Sampai sekarang, Alhamdulillah, aku masih diberi pertolongan dan kemudahan oleh Allah untuk melaksanakannya secara istiqamah. Bagiku, meskipun tidak ada jamaah yang mengikutinya, aku tetap harus melaksanakannya. Karena tujuanku, bukan agar aku didengarkan, tapi semata-mata langkah ini aku lakukan demi mengharap Ridha-Nya semata.   Aku juga berharap agar yang aku lakukan ini dapat memberikan contoh kepada anak-anakku agar mereka semua selalu mengutamakan Al-Qur’an di atas yang lainnya. Dan mudah-mudahan para jamaah sekalian juga terdorong untuk terus berinteraksi dengan Al-Qur’an secara kontinu dan intens. Mudah-mudahan, Allah senantiasa memberikan pertolongan-Nya agar aku bisa terus istiqamah.

Tiga Fami Bisyauqin dalam Seminggu
Setelah hampir sepuluh bulan aku berusaha istiqamah mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali dalam seminggu, aku mulai berfikir, kenapa tidak aku tambah saja khusus untuk bacaan dalam shalat-shalat sunnah yang aku lakukan, karena selama ini, untuk bacaan dalam shalat, biasanya aku meneruskan bacaan ayat tadarus harianku, sehingga tidak pernah khatam tersendiri.
Pada awalnya, aku tidak membayangkan bahwa aku bisa mengkhatamkan dalam seminggu. Aku mengawali membaca bacaan Al-Qur’an khusus dalam shalat yang pertama pada Khataman ke-167. Aku memulai pada hari Kamis, 6 Safar 1434/20 Desember 2012. Memang pada awalnya, aku hanya bisa mengkhatamkan dalam sepuluh hari. Tapi aku merasa masih mampu untuk melaksanakannya dalam seminggu juga. Akhirnya untuk khataman berikutnya, aku membulatkan tekad untuk melaksanakannya dalam seminggu. Tepatnya pada Khataman ke-170, ke-171, dan ke 172 (dalam Shalat ke-2). Sejak itu, setiap minggu, aku membuka tiga khataman: Khataman ke-170, Jum’at, 14 Safar 1434/28 Desember 2012, Khataman ke-171, Ahad, 16 Safar 1434/30 Desember 2012, dan Khataman ke-172, Ahad, 16 Safar 1434/30 Desember 2012.
Alhamdulillah, sampai sekarang, berkat anugerah dan pertolongan Allah, aku bisa melaksanakannya. Mudah-mudahan, dengan khataman Al-Qur’an yang aku lakukan ini, Allah semakin membersihkan hatiku dari bercak-bercak dosa dan sifat-sifat negatif lainnya, seperti cinta yang berlebihan kepada dunia, kikir, sombong dan lain-lain, sebagai gantinya mudah-mudahan Allah menghiasi hatiku dengan sifat-sifat terpuji. Keyakinanku ini diperkuat oleh salah satu sabda Rasulullah kepada para sahabatnya.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:  إن القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد، قيل: فما جلاؤها يا رسول الله؟  قال: كثرة تلاوة كتاب الله وكثرة الذكر لله . (ابن شاهين فى الترغيب فى الذكر)
[كنز العمال 3924] أخرجه أيضًا : القضاعى (2/199 ، رقم 1179) ، والبيهقى فى شعب الإيمان (2/353 ، رقم 2014) ، وابن عدى (5/283 ، ترجمة 1421) ، وأبو نعيم فى الحلية (8/197) .

Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya hati (manusia) dapat berkarat, seperti berkaratnya besi. Lalu ditanyakan kepada beliau: Lalu apa yang dapat mengkilapkannya? Rasulullah menjawab: Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan memperbanyak zikir kepada Allah.

Mudah-mudahan apa yang aku lakukan ini mendapat Ridha dari Allah. Amin Ya Mujibas Sa’ilin.


Khataman ke-200, 14 Maret 2013

Fahrur Rozi

Fami Bi Syauqin; Mengkhatamkan Al-Qur'an dalam 7 Hari



FAMI BI SYAUQIN;
Mengkhatamkan Al-Qur’an dalam Tujuh Hari

Khatam Al-Qur’an dalam seminggu, dan membagi Al-Qur’an menjadi 7 Manzil (batas berhenti dan memulai bacaan) sesuai dengan jumlah hari dalam seminggu merupakan tradisi membaca Al-Qur’an yang banyak dilakukan oleh para salafus salih, dan telah diwasiatkan oleh Nabi Muhammad saw. kepada Abdullah bin ‘Amr, agar membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an dalam 7 hari.
Di antara para sahabat Nabi saw. yang membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an dalam 7 hari, antara lain Ubay bin Ka’ab (w. 29 H), Abdullah bin Mas’ud (w. 32 H), Usman bin Affan (w. 35 H), Tamim ad-Dari (w. 40 H), dan Zaid bin Sabit (w. 45 H). Demikian juga generasi Tabiin setelah mereka, seperti ‘Alqamah bin Qais (w. 62 H), Abul ‘Aliyah (w. 93 H), Ibrahim an-Nakha’i (w. 96 H), Muhammad bin Sirin (w. 110 H), Qatadah bin Di’amah (w. 117 H), Abdurrahman bin Yazid (w. 153 H), Ahmad bin Hanbal (w. 241 H), dan masih banyak lagi generasi-generasi berikutnya, bahkan berlanjut sampai dengan ulama-ulama Al-Qur’an pada saat ini.
Oleh para Ulama, tradisi membaca dan khatam Al-Qur’an dalam tujuh hari dengan membagi Al-Qur’an menjadi 7 Manzil ini dirumuskan dalam ungkapan:  فَمِيْ بِشَوْقٍ(Fami Bi Syauqin), mulutku dalam kerinduan (membaca Al-Qur’an).

Manzil
Rumus
Surah
Jumlah Surah
Jumlah Juz
Jumlah Ayat
1
ف
Al-Fatihah s.d. An-Nisa'
4
5 Juz 4 halaman
669
2
م
Al-Ma`idah s.d. At-Taubah
5
5 Juz 2 halaman
695
3
ي
Yunus s.d. An-Nahl
7
3 Juz 14 halaman
665
4
ب
Al-Isra'/Bani Isra'ill  s.d. Al-Furqan
9
4 Juz 5 halaman
903
5
ش
Asy-Syuara' s.d. Yasin
11
3 Juz 19 halaman
856
6
و
As-Saffat s.d. Al-Hujurat
13
3 Juz 12 halaman
842
7
ق
Qaf s.d. An-Nas
65
4 Juz 4 halaman
1606

Sungguh pembagian Al-Qur’an menjadi 7 Manzil ini merupakan pembagian yang sangat indah dan serasi dari beberapa segi. Surah-surah yang diawali dengan huruf-huruf muqatta‘ah yang berakhiran ra (Yunus, Hud, Yusuf, Ar-Ra‘d, Ibrahim, dan Al-Hijr) terkumpul menjadi satu manzil. Kelompok surah tawasin (Asy-Syu‘ara', An-Naml, dan Al-Qasas), kelompok surah yang diawali dengan alif lam mim (Al-‘Ankabut, Ar-Rum, Luqman, dan As-Sajdah) kelompok surah-surah hawamim yang berjumlah 7 surah (Gafir, Fussilat, Asy-Syura, Az-Zukhruf, Ad-Dukhan, Al-Jasiyah, dan Al-Ahqaf) juga masing-masing menjadi satu manzil.
Tidak ada keharusan kapan harus memulai dan mengkhatamkan Al-Qur’an dengan Fami Bi Syauqin. Ada yang memulai pada hari Ahad, karena Ahad adalah hari pertama dalam seminggu, dan khatam di hari Sabtu. Ada juga yang memilih untuk memulai pada hari Selasa, dengan pertimbangan agar pada hari Jum’at bisa membaca Manzil ke-4 yang di dalamnya terdapat surah Al-Kahf, dan agar bisa khatam pada hari Senen, hari ketika amal-amal perbuatan dilaporkan kepada Allah. Ada juga yang memilih khatam pada hari kelahirannya. Namun, yang paling banyak diikuti oleh para salafus salih ialah memulai pada hari Jum’at dan mengkhatamkannya pada hari Kamis. Seperti dalam bait-bait syair berikut:
ابْدَأْ بجمعتك الغرَّاءِ بالبقرةْ      وبالعقود نهارَ السبت أو سَحَرَهْ
ويونسُ الأحدَ، الاثنين حزبُك من      سبحانَ يبدأُ، يا من عُمره عَمَرَهْ
وبعدَه الشعرا يوم الثلاث، وَرِدْ      بأربعاء بصافاتٍ مع البَرَرَة
واختم بقاف إلى الناس الخميسَ وَعُدْ      في يوم جمعتنا من سورة البقرة

Mulailah Jum’atmu yang agung dengan Al-Baqarah
Al-Ma’idah pada siang hari Sabtu atau pagi harinya
Yunus di hari Ahad. Senen hizibmu mulai dari Al-Isra’, hai yang menghidupkan umurnya
Setelah itu, Asy-Syu‘ara` pada hari Selasa.
  Bergabunglah di hari Rabu dengan As-Saffat barisan bersama para Malaikat
Akhirilah dengan Qaf sampai An-Nas di hari Kamis
Mulailah kembali di hari Jum’at dari Al-Baqarah

Alangkah indahnya jika tradisi mereka itu dilanjutkan oleh generasi Islam saat ini. Semakin banyak umat Islam membaca dan berinteraksi dengan Al-Quran melalui cara dan dengan semangat yang demikian, maka usaha untuk menghafalnya akan lebih kokoh dan usaha untuk mengamalkan isi kandungannya akan lebih mudah.
Karena itu, Jum’at, 23 Juli 2010 M./11 Sya’ban 1431 H., aku bertekad menggabungkan diri untuk mengikuti dan menempuh jalan para kekasih-Mu yang mulia, mengkhatamkan Al-Qur’an dalam 7 hari. Pada awalnya, memang terasa sangat berat sekali, padahal aku hanya membaca 4 sampai 5 juz perhari. Saking beratnya seakan-akan waktu habis dan tidak cukup untuk melakukannya. Perasaan berat ini, pastilah semata-mata karena dorongan hawa nafsu saja. Bayangkan saja, dalam sehari semalam, kita punya waktu 24 jam. Membaca 4 sampai 5 juz Al-Qur’an paling-paling hanya membutuhkan waktu 2,5 jam atau 3 jam.
Meskipun terasa agak berat, aku terus berusaha istiqamah melakukannya. Subhanallah, semakin hari, semakin aku merasakan kenikmatan membacanya. Sungguh, ini adalah anugerah yang tak ternilai dari Allah untukku. Aku patut bersyukur atas anugerah-Nya ini. Sebagai wujud Syukurku aku ingin terus lebih dekat dengan Al-Qur’an.
Alhamdulillah, setelah berlalunya waktu, Allah telah menganugerahkan karunia-Nya yang teramat besar kepadaku, untuk terus istiqamah melaksanakan tradisi Fami Bi Syauqin, sehingga mulai bulan 16 Safar 1434/30 Desember 2012, aku bisa merutinkan tradisi Fami Bisyauqin tiga kali dalam seminggu. Dua khataman untuk bacaan di luar salat. Masing-masing aku mulai pada hari Jum’at dan khatam pada Kamis malam Jum’at, serta pada hari Ahad dan khatam pada Sabtu malam Ahad. Sementara satu khataman lagi khusus aku baca dalam bacaan salat, yang biasanya aku mulai pada pagi hari Senen dalam salat Duha, dan khatam pada Ahad malam Senen. Setiap kali khatam Al-Qur’an, aku selalu mengajak seluruh anggota keluargaku, untuk turut berdoa bersamaku.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan merutinkan membaca Al-Qur’an. Salah satu yang terpenting adalah menjadikan hati semakin bersih. Dalam sebuah Hadis, Rasulullah saw. bersabda:
إن القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد، قيل: فما جلاؤها يا رسول الله؟  قال: كثرة تلاوة كتاب الله وكثرة الذكر لله .
Sesungguhnya, hati (manusia) akan berkarat, sebagaimana besi juga berkarat. Seseorang bertanya: Lalu apa yang bisa membersihkannya, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan zikir kepada Allah.

Akhirnya, mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi pendorong kita untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an, dengan membaca, memahami, dan mengamalkannya dalam aktifitas keseharian kita. Amin.


Khataman ke-660, 20 Februari 2016

Fahrur Rozi