INDAHNYA BERINTERAKSI DENGAN
AL-QUR’AN;
Sebagai Ungkapan Rasa Syukur
atas Nikmat Allah yang Paling Agung
Satu Fami Bisyauqin dalam Seminggu
Al-Qur’an
adalah anugerah teragung dari Allah untuk umat Islam, tapi kebanyakan kita
menganggapnya biasa-biasa saja, termasuk aku. Kita sering dan selalu berkata
bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci kita, yang akan memimpin dan membimbing kita menuju kebahagian dunia akhirat, tapi perilaku keseharian
kita sangat jauh mencerminkan hal itu. Kita jarang sekali membacanya, interaksi
paling minimal yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim. Apalagi
mempelajari dan mengamalkannya. Masih sangat jauh.
Karena itu,
aku harus memulai untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an, paling tidak sebagai
langkah awal aku ingin istiqamah membacanya setiap hari. Aku ingin Al-Qur’an
menjadi bacaan wajibku sebelum membaca buku-buku yang lainnya.
Aku memulai
dari mengkhatamkan Al-Qur’an dalam seminggu, yang oleh para ulama dirumuskan
secara sederhana dengan ungkapan Fami Bisyauqin. Menurut
riwayat Ali bin Abi Talib karramallahu wajhah, membaca Al-Qur’an dengan cara Fami Bisyauqin
dimulai pada hari Jum’at dan mengkhatamkannya di hari Kamis atau malam Jum’at.
Hari Jum’at membaca manzil pertama yang dimulai dari Surah Al-Fatihah sampai
akhir surah An-Nisa’ (empat surah). Hari Sabtu manzil kedua, dari surah
Al-Ma’idah sampai akhir surah At-Taubah (lima surah). Hari Ahad manzil ketiga,
mulai surah Yunus sampai akhir surah An-Nahl (tujuh surah). Hari Senin manzik
keempat, mulai surah Al-Isra’/Bani Isra’il sampai akhir surah Al-Furqan
(Sembilan surah). Hari Selasa manzil kelima, mulai surah Asy-Syu’ara’ sampai
akhir surah Yasin (sebelas Surah). Hari Rabu manzil keenam, mulai surah
As-Saffat sampai akhir surah Al-Hujurat (tiga belas surah). Dan terakhir hari Kamis
membaca manzil ketujuh, mulai surah Qaf sampai An-Nas.
Aku memulai
tradisi ini pada hari Jum’at, 11 Sya’ban 1431 H./23 Juli 2010 M. Pada
awalnya, memang terasa sangat berat sekali, padahal aku hanya membaca 4 sampai
5 juz perhari. Saking beratnya seakan-akan waktu habis dan tidak cukup untuk
melakukannya. Aku masih ingat, pada tahun pertama, aku pernah tidak bisa
menjalankan tradisi Fami Bisyauqin ini sebanyak 3 kali. Meskipun, pada akhirnya aku bisa
menggantinya, tapi tetap saja kewajiban waktu yang aku lewatkan itu tidak bisa
digantikan. Perasaan
berat ini, pastilah semata-mata karena dorongan hawa nafsu saja. Bayangkan
saja, dalam sehari semalam, kita punya waktu 24 jam. Membaca 4 sampai 5 juz
Al-Qur’an paling-paling hanya membutuhkan waktu 2,5 jam atau 3 jam.
Meskipun
terasa agak berat, aku terus berusaha istiqamah melakukannya. Subhanallah,
semakin hari, semakin aku merasakan kenikmatan membacanya. Sungguh, ini adalah
anugerah yang tak ternilai dari Allah untukku. Aku patut bersyukur atas
anugerah-Nya ini.
Dua Fami Bisyauqin dalam Seminggu
Setelah 20
bulan mengkhatamkan Al-Qur’an bisa rutin aku lakukan, maka sebagai wujud syukurku, aku menambah bacaanku menjadi
khatam dua kali dalam seminggu. Aku mengawalinya dengan mengqadha 3 khataman
yang aku lewatkan. Setelah itu, sejak hari Jum’at, 23 Rabi’ul Akhir 1433/16 Maret 2012 dan hari Ahad, 25 Rabi’ul Akhir 1433/18 Maret 2012, aku mulai mengistiqamahkan dua Fami Bisyauqin dalam
seminggu. tepatnya pada khatamanku yang ke 87 dan 88. Satu khataman, seperti
yang sudah aku laksanakan selama ini, aku memulainya pada hari jum’at, dan
khatam hari Kamis malam Jum’at. Sementara yang satu lagi, aku mulai hari Ahad
dan khatam hari Sabtu malam Ahad.
Sampai
doa khatamanku yang ke-143 aku biasanya selalu berdoa bersama seluruh anggota
keluargaku di rumah. Aku berniat untuk doa khatam secara
rutin
di Mushalla As-Siratal Mustaqim yang ada di Perumahan setiap malam Ahad. Maka pada
doa khatamanku yang ke-144, Sabtu, 20 Zul Qa’dah 1433/6 Oktober 2012,
aku mulai mewujudkan niatku ini dan mengajak jamaah di Mushalla tempat aku
tinggal, untuk bersama-sama doa khataman bersamaku setiap Bakda Magrib. Aku
menamakan majlis ini dengan Majelis Khatmil Qur’an Fami Bisyauqin.
Setelah
doa khataman, aku lanjutkan dengan mengkaji beberapa ayat dari Al-Qur’an sampai
waktu Isya tiba. Dalam khataman ini, aku selalu mewajibkan kepada diriku dan
anak-anakku untuk terus mengikutinya. Aku berusaha untuk istiqamah. Sampai
sekarang, Alhamdulillah, aku masih diberi pertolongan dan kemudahan oleh Allah
untuk melaksanakannya secara istiqamah. Bagiku, meskipun tidak ada jamaah yang
mengikutinya, aku tetap harus melaksanakannya. Karena tujuanku, bukan agar aku
didengarkan, tapi semata-mata langkah ini aku lakukan demi mengharap Ridha-Nya
semata. Aku juga berharap agar yang aku lakukan ini
dapat memberikan contoh kepada anak-anakku agar mereka semua selalu
mengutamakan Al-Qur’an di atas yang lainnya. Dan mudah-mudahan para jamaah
sekalian juga terdorong untuk terus berinteraksi dengan Al-Qur’an secara
kontinu dan intens. Mudah-mudahan, Allah senantiasa memberikan pertolongan-Nya
agar aku bisa terus istiqamah.
Tiga Fami Bisyauqin dalam Seminggu
Setelah
hampir sepuluh bulan aku berusaha istiqamah mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali
dalam seminggu, aku mulai berfikir, kenapa tidak aku tambah saja khusus untuk
bacaan dalam shalat-shalat sunnah yang aku lakukan, karena selama ini, untuk
bacaan dalam shalat, biasanya aku meneruskan bacaan ayat tadarus harianku,
sehingga tidak pernah khatam tersendiri.
Pada
awalnya, aku tidak membayangkan bahwa aku bisa mengkhatamkan dalam seminggu.
Aku mengawali membaca bacaan Al-Qur’an khusus dalam shalat yang pertama pada Khataman
ke-167.
Aku memulai pada hari Kamis, 6 Safar
1434/20
Desember 2012. Memang pada awalnya, aku hanya bisa
mengkhatamkan dalam sepuluh hari. Tapi aku merasa masih mampu untuk
melaksanakannya dalam seminggu juga. Akhirnya untuk khataman berikutnya, aku
membulatkan tekad untuk melaksanakannya dalam seminggu. Tepatnya pada Khataman
ke-170,
ke-171, dan ke 172
(dalam Shalat
ke-2). Sejak itu, setiap minggu, aku membuka tiga
khataman: Khataman ke-170, Jum’at, 14 Safar
1434/28 Desember
2012, Khataman ke-171, Ahad, 16 Safar
1434/30
Desember 2012, dan Khataman ke-172, Ahad, 16 Safar
1434/30
Desember 2012.
Alhamdulillah,
sampai sekarang, berkat anugerah dan pertolongan Allah, aku bisa
melaksanakannya. Mudah-mudahan, dengan khataman Al-Qur’an yang aku lakukan ini,
Allah semakin membersihkan hatiku dari bercak-bercak dosa dan sifat-sifat
negatif lainnya, seperti cinta yang berlebihan kepada dunia, kikir, sombong dan
lain-lain, sebagai gantinya mudah-mudahan Allah menghiasi hatiku dengan
sifat-sifat terpuji. Keyakinanku ini diperkuat oleh salah satu sabda Rasulullah
kepada para sahabatnya.
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن القلوب تصدأ
كما يصدأ الحديد، قيل: فما جلاؤها يا رسول الله؟ قال: كثرة تلاوة كتاب الله وكثرة الذكر لله . (ابن
شاهين فى الترغيب فى الذكر)
[كنز العمال
3924] أخرجه أيضًا : القضاعى (2/199 ، رقم 1179) ، والبيهقى فى شعب الإيمان (2/353
، رقم 2014) ، وابن عدى (5/283 ، ترجمة 1421) ، وأبو نعيم فى الحلية (8/197) .
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
hati (manusia) dapat berkarat, seperti berkaratnya besi. Lalu ditanyakan kepada
beliau: Lalu apa yang dapat mengkilapkannya? Rasulullah menjawab: Memperbanyak
membaca Al-Qur’an dan memperbanyak zikir kepada Allah.
Mudah-mudahan apa yang aku lakukan ini mendapat
Ridha dari Allah. Amin Ya Mujibas Sa’ilin.
Khataman ke-200, 14 Maret 2013
Fahrur Rozi